Sebagai seniman dan
sastrawan, Barlian AW sering mengikuti seminar seni budaya baik tingkat daerah,
nasional, maupun internasional. Barlian AW selain menulis puisi-puisi dan prosa juga
membuat karya kreatif berupa semacam essai pendek yang berturut-turut dimuat di
ruang “Tingkap” pada Serambi Indonesia, Banda Aceh. Salah satu diantaranya
berjudul “Al Hallaj“. Di samping sebagai penulis kreatif, pria sederhana yang
tangannya tidak pernah lepas dari rokok ini, pernah tercatat sebagai wakil
pimpinan redaksi Serambi Indonesia, selain itu juga aktif di berbagai
organisasi, antara lain; wakil ketua KNPI Aceh, wakil ketua Forum Karang Taruna
Aceh, wakil ketua Dewan Kesenian Aceh dan Kepala Biro di DPD Golkar Tingkat I
Aceh. Sajak-sajaknya dimuat dalam buku L.K. Ara dkk (ed), Seulawah: Antologi
Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995). Nama Barlian AW tercatat sebagai seorang
sastrawan dalam Buku Pintar Sastra Indonesia (2001).
Diantara, Puisi-Puisi Barlian AW:
DI SINI, SEBUAH MAKNA
Di
sini tawa seperti jari terputus
Tak
bisa menunjuk jidat dan melambai
Orang
yang ditinggalkan
Dalam
gumpalan awan
Di
sini jari seperti lidi yang diserak
Tak
lagi punya daya sapu magis
Yang
membentuk sampah kehidupan
Di
sini kaki-kaki melangkah
Sambil
menyeret beban waktu
Yang
terlanjur akrab
Dengan
juntai kebohongan
Sembari
mengucapkan selamat pagi
Dan
selamat malam
Pada
siapa saja yang menjelma
Seperti
rajawali tak punya sarang
Tak
punya dahan
Di
sini malam seperti periuk
Di
atas tungku panas
Mendidihkan
dahaga para pencari cinta
Telah
kutanya padamu
Tentang
tebing terjal dan jalan berliku
Tapi
kau bilang itu hanya dalam ilusi
Seorang
pengembara
Sebelum
dia tersesat
Di
sebuah padang tandus
Yang
tak diketahui namanya
Telah
kutanya padamu
Kenapa
menyeret jantung
Jauh
ke luar rongga dada
Tapi
jawabnya hanya satu:
Ini
permainan
Bukan
apa
Telah
kucari tahu
Sampai
ke ujung pulau
Siapa
membantai kesetiaan
Tapi
engkau menghalangi
Sembari
menyumbat mulutku
Dengan
perca darah saudara-saudara kita
Yang
bertahun-tahun menjadikan
Belantara
sebagai surga tak terkata
Ya
di sini kita bertutur dengan kata
Karena
mereka mencari bahasa sendiri
Sembari
menyuling daun makna
Menjadi
saripati dusta
Banda Aceh, Desember
2006
JANGAN DULU
I
Jangan
dulu berbisik pada cemara yang lunglai
Sebelum
ombak pamit dari pantai
Jangan
dulu menadah pada awan
Selama
langit melingkup alam
Jangan
dulu meniru pada kepak elang
Sebelum
sayap merapat malam
Jangan
dulu kaku pada lambaian
Sebelum
tangan menggenggam zaman
II
Jangan
dulu berseru garang
Mulut
terkatup seribu diam
Kaki
terkunci seribu gelang
Hati
meniti seribu bimbang
Jangan
kuak kabut membalut pagi
Yang
mengusik kicau burung di dahan meranti
Membiarkan
pelantuk tunduk pada tajuk jeruji
Jangan
biarkan semua terganggu oleh nafsu kita
Yang
angkara terhadap sesuatu
Menyaru
di lambung tanah semburan bumi
Yang
tak tertiti lewat jembatan
Padahal
tuhan telah menggingatkan kita untuk menjaga alam
Banda Aceh 22 November 2006
0 komentar:
Posting Komentar