Siapa
yang tak mengenal Kahlil Ghibran, seorang pujangga besar hingga saat ini. Puisi-puisinya
yang abadi dalam balutan cinta syahdu kita penikmat puisi. Seorang yang mampu
merangkai kata dengan begitu indah dan sarat dengan makna. Kahlil Gibran
merupakan seorang seniman, penyair serta penulis Lebanon Amerika. Kahlil Gibran
telah banyak menghasilkan karya-karyanya yang indah seperti buku, puisi, prosa,
dan kata mutiara.
Berikut
Kumpulan Puisi karya Kahlil Gibran.
AKU BICARA PERIHAL CINTA
Apabila
cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau
jalannya sukar dan curam.
Dan
pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau
pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan
kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau
suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena
sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia kan menyalibmu.
Sebagaimana
dia ada untuk pertumbuhanmu,
Demikian
pula dia ada untuk pemangkasanmu.
Sebagaimana
dia mendaki kepuncakmu,
Dan
membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian
pula dia akan menghunjam ke akarmu,
Dan
mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana
ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia
menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia
mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia
menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia
merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan
kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga
engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua
ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
Supaya
bisa kaupahami rahasia hatimu,
Dan
di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun
pabila dalam ketakutanmu,
Kau
hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka
lebih baiklah bagimu,
Kalau
kaututupi ketelanjanganmu,
Dan
menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki
dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa,
Tapi
tak seluruh gelak tawamu,
Dan
menangis,
Tapi
tak sehabis semua airmatamu.
Cinta
tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri,
Dan
tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta
tiada memiliki, Pun tiada ingin dimiliki;
Karena
cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila
kau mencintai kau takkan berkata,
TUHAN
ada di dalam hatiku,
Tapi
sebaliknya, “Aku berada di dalam hati TUHAN”.
Dan
jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta,
Pabila
dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta
tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.
Namun
pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan,
Biarlah
ini menjadi aneka keinginanmu:
Meluluhkan
diri dan mengalir bagaikan kali,
yang
menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali
penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa
dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan
meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga
di kala fajar dengan hati seringan awan,
Dan
mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah
di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali
ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan
lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu,
Dan
sebuah gita puji pada bibirmu.
CINTA SETUBUH PADAS
Cinta
setubuh padas!
Bergelang
waktu menggoda
Sesal
anak rahim di kandung celaka.
Mengunci
tabir di buih-buih selaksa doa.
Mungkin
karunia itu berakhir patah, atau
Sekedar
mengusap lempeng cumbu
Bertahta
angin! Dan cinta kian
Menitik
air mata di seanyam arang,
Mantra
hati menyusut di susuk semangat.
“Kembalikanlah
amarahku; oh, cermin sangga!”
Lembut
suara angannya mengelus padas,
Agar
memeluk kerat penguak duri
Percintaan
bersanding ajal.
Keadilan
Cinta
Ketika
hati melangkah
Ketika
hasrat menggema
Ketika
rasa bergetar
Saat
itu daya tak kuasa
Menemukan
kekasih hati
Dimanakah
posisi cinta
Dikala
hati menginginkannya
Apakah
cinta hanya sebuah pelampiasan
Dari
hasrat diri
Dimanakah
rasa
Dikala
posisi cinta bergeser
Cinta,
Adakah
cinta untukku
Apakah
cinta bisa berbuat adil
Entahlah...
Dayaku
tak kuasa lagi untuk menemukan cinta
NYANYIAN SUKMA
Di
dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah
lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang
tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia
meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan
mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa
dapat aku mendesahkannya?
Aku
bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada
siapa aku akan menyanyikannya?
Dia
tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna
aku risau, dia akan terhempas
Di
telinga pendengaran yang keras.
Pabila
kutatap penglihatan batinku
Nampak
di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan
pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa
getaran kehadirannya.
Perilaku
tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai
danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air
mataku menandai sendu
Bagai
titik-titik embun syahdu
Yang
membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu
itu digubah oleh renungan,
Dan
dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan
disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan
diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan
difahami oleh cinta,
Dan
disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan
dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu
itu lagu kasih-sayang,
Gerangan
‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian
itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara
manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung
itu tersembunyi bagai rahasia perawan suci,
Getar
nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa
berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa
yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa
berani memecah sunyi
Dan
lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang
hanya terungkap oleh hati?
Insan
mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
0 komentar:
Posting Komentar